Memilih Hidup Minimalis

Meja kerja dan belajarku saat ngekos di Bandung, 19 Maret 2022.
Meja kerja dan belajarku saat ngekos di Bandung, 19 Maret 2022.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa profesi software engineer merupakan salah satu profesi yang saat ini memberikan upah tinggi.

Dan aku sendiri yang berprofesi sebagai software engineer juga merasakan hal yang sama.

Hal ini mengakibatkan meningkatnya konsumerisme. Aku jadi suka membeli barang. Perlu atau tidak.

Setelah beberapa tahun hidup dengan cara seperti ini, ternyata aku merasa tidak nyaman.

Ternyata bukan hidup seperti ini yang kuinginkan, memiliki banyak barang ternyata tidak membuatku semakin bahagia.

 

 

Lalu apa yang kunginkan?

1. Hidup Tenang

Kamar kos yang kosong melompong jadi dipenuhi barang.

Seandainya kamar kosku dulu kemalingan atau kebakaran, kayaknya aku tidak akan terlalu peduli. Karena barangku sangat sedikit dan sebagian besar harganya murah.

Sekarang seandainya kamar kosku kemalingan atau kebakaran, kemungkinan besar aku pasti menangis. Karena sekarang banyak sekali barang berharga disini.

Aku ingin hidup minimalis karena aku ingin hidup tenang. Dengan sedikit barang berarti semakin sedikit hal yang kukhawatirkan.

2. Hidup Ringan

Saat menulis ini, aku masih belum mempunyai rumah tetap. Tapi aku memiliki rencana kedepannya untuk memiliki rumah sendiri saat sudah berkeluarga.

Dengan kata lain saat ini aku belum memiliki tempat tetap untuk menaruh semua barangku ini.

Seandainya aku mendapat pekerjaan di kota lain atau bahkan negara lain, barang-barangku yang banyak ini berarti harus dipikirkan apa akan dibawa, dijual, atau dipulangkan ke kampung halaman.

Jika dibawa berarti aku harus memastikan tempat baru itu cukup besar untuk menampung barangku, apa mereka mengizinkan barang yang kita bawa (kadang beberapa peralatan elektronik dilarang), dan mencari jasa pengiriman jika barangku ada yang cukup besar.

Jika dipulangkan, kampung halamanku berada di kabupatan kecil di Sumatera Barat, sangat tidak murah dan mudah untuk memulangkan barangnya. Sekalipun bisa, rasanya seperti membebani orang di rumah karena harus menampung barang (tak penting) kita.

Jika dijual berarti memerlukan waktu. Kalau ingin terjual lebih cepat berarti harganya harus kita turunkan jauh.

Aku ingin hidup minimalis karena aku ingin hidup ringan. Dengan sedikit barang berarti semakin sedikit barang yang harus kubawa.

3. Hidup Hemat

Dengan memiliki banyak barang berarti semakin banyak uang yang kita keluarkan.

Padahal kalau kita cermati pasti hanya beberapa yang sering kita pakai.

Ada namanya konsep Pareto 80/20, dalam konteks ini berarti hanya 20% barang yang kita pakai dalam 80% kesempatan. Berarti kemungkinan besar aku menghabiskan uang pada hal yang jarang dipakai apalagi tidak berguna.

Dan jangan lupa, harga itu bukan saat pertama kali membeli saja.

Jika membeli mobil berarti ada biaya pajak, perawatan, dll.

Jika membeli barang elektronik berarti ada biaya servis (tidak mungkin berfungsi normal terus) dan komponennya (misalnya penyaring udara yang filternya harus diganti berkala).

Dan tentu saja ada biaya waktu untuk kita merawat barang tersebut dan biaya kesempatan karena seharusnya uang dan waktu tersebut bisa kita gunakan untuk hal lain.

Aku ingin hidup minimalis karena aku ingin hidup hemat. Dengan sedikit barang berarti semakin sedikit uang yang harus kukeluarkan.

 

 

Membeli barang baru memang sangat menggoda.

Sekarang prinsipku adalah:

  1. Seandainya jenis barang tersebut sudah kumiliki, berarti aku perlu menjual barang yang kumiliki ini terlebih dahulu. Misalnya jika ingin membeli ponsel baru, berarti aku harus menjual ponsel yang sekarang
  1. Seandainya belum, coba cek apakah memang diperlukan dan apakah aku >90% menginginkan itu. Misalnya sepatu loafers, aku belum punya tapi aku akan mencoba cek apakah nanti akan sering dipakai dan apa aku akan merasa percaya diri kalau memakai itu.

Sekarang sebagian besar barangku sudah kujual. Dan ternyata aku merasa tidak terlalu kehilangan.

Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga merasa memiliki banyak barang membuat kalian menjauhi kehidupan ideal kalian?