Kenapa Frontend?

Laptop pertama sewaktu menjalani kuliah, yang menjadi saksi aku memilih bidang yang dijalani sekarang.
Laptop pertama sewaktu menjalani kuliah, yang menjadi saksi aku memilih bidang yang dijalani sekarang.
 
“Ilham, kok kamu milih jadi frontend developer?”

Kira-kira begitulah pertanyaan yang sering diajukan padaku sewaktu interview oleh pewawancara, disaat kerja oleh manajer, ataupun ketika ngobrol dengan teman kuliah.

Awalnya aku selalu bingung memikirkan jawaban untuk pertanyaan tersebut.

Iya ya, kenapa aku memilih jadi frontend developer?

 

Kenapa disaat mengapply kerja aku selalu melamar sebagai frontend developer?

Kenapa di profil sosial media aku menyatakan diri sebagai frontend developer?

Dan kenapa aku memutuskan untuk mendalami hal seputar frontend development?

 

Salah satu jawabanku dulu adalah karena semasa SMA aku suka dengan bidang multimedia (fotografi, image editing, video editing, dll) dan karena hal tersebut berhubungan dengan visual makanya aku memilih jadi frontend developer.

Tapi apa benar itu berhubungan? Padahal sejak kuliah aku sudah tidak pernah lagi mendalami bidang multimedia sehingga bisa dibilang sebenarnya dari awal aku tidak terlalu berminat. Dan walaupun dulu aku sering ngoprek, sepertinya aku juga tidak terlalu jago cuma mungkin lebih tekun saja dibanding yang lain.

 

Jawaban lain adalah karena aku berpikir ini bidang paling mudah di programming. Koreksi jika aku salah, namun jika aku melihat range salary sebagai frontend developer seringkali ada di bagian bawah dibandingkan bidang di lainnya di programming (termasuk dibawah backend developer). Apa mungkin aku memilih frontend development karena barrier of entry nya yang rendah.

Sebenarnya semasa kuliah aku sudah pernah mencoba berbagai macam bidang programming lainnya seperti seperti backend, game development, AI, ML, data, dan IoT. Namun hanya frontend yang membuatku tertarik mendalaminya.

Sekalipun itu benar kalau barrier of entry nya rendah, itu tidak menjawab kenapa orang-orang cerdas yang kutemui sewaktu bekerja di berbagai perusahaan memilih frontend development juga (btw sewaktu menulis ini aku jadi teringat, kenapa aku tidak pernah menanyakan kepada mereka kenapa mereka memilih frontend development juga ya?)

 

Jawaban lain yang pernah kusebutkan adalah karena portfolio sebagai frontend developer bisa diperlihatkan (baca: disombongkan) pada orang lain dan bisa membuat orang terpukau, beda dengan portofolio programmer backend, AI, ML, dll. Waktu kuceritakan ini dulu interviewernya bengong aja wkwkwk, dia cuma jawab “oh gitu ya, haha haha” (😅). Ini jawaban karena waktu itu bingung sih mau jawab apa. Dipikir-pikir lagi awkward juga ya kalau alasannya ini.

 

Namun, alasan yang menurutku lebih bisa kuterima adalah mungkin kebetulan saja dulu waktu awal belajar programming aku sempat nyentuh frontend development lalu karena suatu “momen” membuatku tertarik pada hal ini. Dan karena hal itu aku terus mendalami bidang ini hingga berada di tahap aku memilih hal ini menjadi bidang pekerjaanku. Jadi bisa dibilang “takdir”?

 

Tapi sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, apa memang harus butuh alasan untuk itu?

Dan apa alasan yang aku (dan kalian) harapkan?

Apa butuh alasan yang canggih? Terdengar cerdas? Terdengar baik? Atau harus keren?

Aku percaya dengan prinsip kita hanya butuh alasan simpel saja kenapa kita memilih sesuatu dalam hidup kita. Aku pikir tidak ada yang salah dengan alasan “memang suka” saja.

 

 

Semisal kalian pewawancara dan kalian bertanya “Ilham, kok kamu milih jadi frontend developer?”

Dan jika aku menjawab “Karena saya memang suka melakukan hal ini dan saya berpikir di bidang inilah saya dapat memberikan kontribusi yang maksimal

Apa kalian dapat menerima jawaban tersebut?