Suka ≠ Harus

Courtesy: ChatGPT, prompt: “generate gambar seseorang sedang makan martabak manis, tapi ada tanda larangan”
Courtesy: ChatGPT, prompt: “generate gambar seseorang sedang makan martabak manis, tapi ada tanda larangan”
 

Dulu aku suka makan martabak manis.

Dan dulu aku sering membelinya, bahkan aku makan sendiri.

 

Tapi aku tidak pernah membelinya lagi.

Tentu saja aku masih suka.

 

Kenapa aku tidak membelinya lagi? Bukankah aku masih suka?

Bukannya kata mereka dapatkan apa yang kita suka di dunia ini? Bukannya itu kunci kebahagiaan?

Karena martabak manis itu tidak baik untukku.

Tentu saja selain menguras kantong, makanan tersebut tidak sehat karena sangat tinggi kalori dan tinggi gula yang dapat mengakibatkan diabetes.

 

Karena tidak semua hal yang kita suka atau kita inginkan di dunia ini harus kita dapatkan.

Sebab mungkin saja setelah kita mendapatkannya hal tersebut malah berakibat buruk untuk kita.

 

 

Hal ini membuatku berpikir jangan-jangan ada hal lain yang aku suka sekarang merupakan hal yang tidak baik untukku.

 

Aku suka menulis baris kode program, apa jangan-jangan ini buruk?

Aku suka badminton, apa jangan-jangan ini buruk?

Aku suka main game Age of Empires, apa ini baik atau buruk?

 

Sepertinya masyarakat menilai baik dan buruk dari konsensus umum, misalnya mayoritas beribadah dan berolahraga merupakan hal yang baik, sedangkan kategori bersenang-senang umumnya buruk.

 

Tapi apakah bijak menentukan baik dan buruk hal yang kita suka dari pendapat orang lain? Mungkin bisa dipertimbangkan, tapi sebaiknya tidak.

Menurutku kita tetap harus mengkalkulasi hal tersebut sendiri.

 

Bagaimana caranya?

Apakah hal tersebut sesuai dengan tujuan hidup kita.

Apakah hal tersebut memiliki manfaat yang lebih besar dari kerugiannya (mustahil ada hal di dunia ini yang hanya ada manfaat tapi tidak ada bayarannya)

Apakah kita dapat membayar “harga” untuk mendapatkannya? Jika tidak apakah mencari sumber lain bisa jadi pilihan jika memang manfaatnya sangat worth it?

 

 

Tapi hal diatas opiniku saja, aku tidak punya data dan penelitian untuk menopang teori diatas.

Aku sendiri bahkan masih bingung dengan beberapa hal yang aku masih suka lakukan, apakah sebaiknya dihentikan.

 

Misalnya main game.

Manfaat: membuat terhibur, bisa ada bahan omongan dengan teman.

Kerugian: membuat lupa waktu yang mana harusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, menghabiskan uang untuk membeli game dan perangkat untuk memainkan gamenya.

 

Atau main Instagram.

Manfaat: bisa mengekspresikan diri, mengetahui keadaan keluarga/teman

Kerugian: menghabiskan waktu untuk hal yang walaupun kita tidak tahupun tidak ada ruginya, bisa menimbulkan perasaan membanding-bandingkan keadaan.

 

Menurut kalian apa sebaiknya aku meninggalkan hal tersebut?

 

 

Umur manusia itu hanya sebentar.

Bisa hidup sehat sampai 70 tahun menurutku itu sudah hal yang luar biasa.

Aku tidak mau menghabiskan waktu dalam hidupku untuk hal yang menurutku lebih banyak kerugiannya daripada manfaatnya. Sekalipun aku suka melakukannya.